macet hantui kota Daeng

Macet, satu kata yang menjadi akrab ditelinga warga Makassar. Entah pagi atau sore, masyarakat menjadi biasa bahkan sudah lumrah jika bertemu dengan kemacetan.

Andriyanto (20), seorang mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan sedang mengendara sepeda motornya, Selasa (1/12). Memasuki daerah Panaikang tak bermasalah, ketika dia masuk di daerah Jl Perintis Kemerdekaan hal itu berubah. Macet menghadang perjalanannya menuju kampus. Dia terjebak sekitar 20 menit, memang tidak terlalu lama. Tapi, hal ini ikut mempengaruhi kegiatan selanjutnya. “padahal ada kuliahku, jadi terlambatma’ masuk” ungkapnya.

Mungkin tidak hanya Andriyanto, tapi masih banyak warga lain yang ikut terkena dampak dari kemacetan ini. Bila ditelisik, Kota Makassar, dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan pesat dalam hal ekonomi. Hal itu memberi dampak dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor. bayangkan saja pertumbuhan kendaraan bermotor khusus di Sulawesi Selatan sebesar 15.000 unit setiap bulannya. Angka yang terhitung sangat fantastis. Tidak heran, Makassar menjadi lebih padat.

“Selain masalah penambahan kendaraan, angkutan umum yang terlalu banyak juga menimbulkan kemacetan” ujar Ir Abdul Haris Jalate. Menurut dosen Tata Ruang Kota, Fakultas Teknik ini masih banyak sebab lain sehingga macet menjadi hal lumrah bagi warga Kota Daeng, misalnya saja terbatasnya sarana dan prasarana jalan, rasio jalan yang tidak sebanding dengan kendaraan, dan jalan yang dipakai sebagai tempat parkir atau tempat berjualan.

Beberapa titik yang disinyalir sebagai titik macet yang parah diantaranya di Jl Perintis Kemerdekaan, radius antara Kilometer 7 di jembatan Tallo hingga Kilometer 9. Selanjutnya, tiga titik kemacetan baru adalah Jl Sultan Alauddin, Jl Gunung Bawakaraeng-Masjid Raya dan beberapa titik di Jl AP Pettarani pada jam-jam tertentu. Di Jl Perintis Kemerdekaan, kemacetan terparah terjadi di depan pusat perbelanjaan Makassar Town Square (M’Tos). Kemacetan di radius memanjang dari Kilometer 7 atau di bundaran Tello hingga ke Kilometer 9.

Memang kemacetan adalah resiko ketika suatu kota sedang berkembang menjadi lebih maju. Karena kendaraan pribadi suah termasuk kategori barang primer bagi kaum urban. Sekarang yang harus dipikirkan apa yang seharusnya digunakan bagi warga Makassar agar mereka tak terjebak macet atau minimal mengurangi kemacetan.