Menangis Bersama Sebuah Catatan Harian (The Notebook)

Tulisan ini adalah resensi film The Notebook yang keluar tahun 2004. Saya sudah nonton film ini berulang-ulang. Mungkin sudah kali ke lima dan saya tidak pernah bosan! What the!

Perkenalan saya dengan film besutan Nicholas Sparks ini karena rekomendasi oleh sepupu tercintah, Ghea. Dia bilang “dlien, lo harus nonton ini, ini keren banget,”. Saya pun sudah nonton dari tahun 2010 tapi baru mau resensi film ini di tahun 2014. Hahah. Telat banget. Tapi biarlah… toh saya sukaaaaa banget sama film ini. Ga ada ruginya, siapa tau banyak dari kalian yang belum nonton film ini. Heheh.

Diperankan oleh Ryan Gosling yang menawan dan Rachel Mc Adams yang imut-imut banget. Film ini bertema mengenai penyakit Alzheimer. Penyakit yang membuat sang penderita tidak mengingat apapun, bahkan ia bisa menghilang rasa cinta. Saya jadi berpikir, cinta itu memang ada di akal, bukan di hati. 😀

“I am nothing special, of this I am sure. I am a common man with common thoughts and I’ve led a common life. There are no monuments dedicated to me and my name will soon be forgotten, but I’ve loved another with all my heart and soul, and to me, this has always been enough..”

Oke, cerita dimulai dari kakek nenek di sebuah panti jompo. Sang kakek ingin membacakan cerita untuk sang nenek. Cerita tentang Noah dimulai pada 6 Juni 1940, di sebuah karnaval musim panas.

Noah Calhoun tertarik pada Allie Mc Callister, seorang gadis kaya yang datang dari kota. Ia menghabiskan liburan musim panasnya di Seabrook. Cara berkenalan yang sangat unik dan cara mengajak kencan yang sangat “berani”. Hahaha. Tapi Noah berhasil mengajak Allie untuk kencan. Walaupun pada akhirnya Allie tidak mau dan malah dijebak oleh sahabatnya, Sara yang berkencan dengan Fin, sahabatnya Noah. Dan akhirnya mereka jatuh cinta.

Noah yang blak-blakan dan Allie yang menutupi apa yang ia inginkan, menjadi pasangan yang serasi. (dalam artian selalu bertengkar dan berantem). Hahah. Tapi mereka setuju akan satu hal : CINTA. Pokoknya kehidupan mereka benar-benar sempurna, hingga musim panas pun berakhir. Keluarga Allie tak setuju jika Allie bersama laki-laki yang bukan dari keluarga bangsawan. Mereka pun pisah setelah bertengkar hebat karena mereka sadar tidak bisa bersama.

Hiks. Mereka berpisah. Noah ikut jadi tentara, Allie jadi relawan pembantu suster. Karena tidak ada kabar dari Noah, Allie pun terpikat pada Lon Hammonds. Seorang prajurit yang terluka dan dirawat oleh Allie. Ternyata orang yang berada dan disukai oleh kedua orang tua Allie. Hingga akhirnya mereka pun sepakat akan menikah. Sedihnyaaa Noah… sabar yaaaa. 😀

Padahal selama berperang, Noah selalu menuliskan surat untuk Allie. Namun disembunyikan oleh ibunya Allie. Setelah pulang dari perang, Noah kembali ke ayahnya tanpa mendapatkan kabar tentang Allie. Ayahnya menjual tanah dan rumahnya untuk mewujudkan rumah impian Noah dan Allie. Karena Noah selalu yakin bahwa rumah tersebut akan menyatukan mereka kembali.  Dan hal tersebut jadi kenyataan, karena ketika Allie sedang fitting baju pengantin, ia tiba-tiba menemukan iklan rumah tersebut di koran lokal. Allie pingsan!

Ia pun memutuskan untuk bertemu dengan Noah dan bertemu dengannya. Dengan harapan jika ia bertemu Noah, maka rasa itu akan hilang. Tapi sebaliknya, ia diajak menginap dan kembali merenda kisah seperti masa dulu ia berpacaran dengan Noah. Hidup menjadi sangat sulit bagi Allie. Ia tidak mampu meninggalkan Lon Hammonds tapi hatinya berteriak untuk tinggal bersama Noah. Ada kata-kata Noah yang paling saya suka.

“Would you stop thinking about what everyone wants? Stop thinking about what I want, what he wants, what your parents want. What do you want? What do you want?”

Kata-kata “what do you want?” diulang berkali-kali oleh Noah seakan-akan ia perlu menegaskan bahwa Allie harus memilih apa yang dia inginkan. Karena Allie terlalu terjebak dengan keinginan-keinginan orang lain. Noah ingin Allie benar-benar mendapatkan apa yang ia inginkan. Hingga akhirnya Allie mendapatkan surat-surat yang dituliskan oleh Noah selama berperang. Ia pun memilih untuk hidup bersama Noah di rumah impian mereka.

Yang sedih ketika Allie masa kini tiba-tiba ingat kembali dengan cerita yang dibacakan Noah. Ia tiba-tiba menangis sedih. Namun hanya sekejap saja ingatan Allie kembali. Ia pun lupa dengan apa yang sudah ia alami. (Dan gue selalu nangis sesugukan kalau nonton adegan ini)… Apalagi ketika mereka berdua menjemput kematian dengan tangan terjalin erat dan mesra.

HUuuuuuaaaaa… >_<

“Every great love starts with a great story…”

Ditulis di Kafe Mister Kopitiam, Ambon

6 Juli 2014 6:43 PM

2 thoughts on “Menangis Bersama Sebuah Catatan Harian (The Notebook)

Leave a comment